Adab Menuntut Ilmu dalam Islam Supaya Berkah

Adab Menuntut Ilmu – Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Namun, dalam prosesnya, Islam mengajarkan bahwa ilmu tidak hanya dituntut dengan semangat semata, melainkan juga dengan adab yang benar. Adab menuntut ilmu menjadi pondasi yang akan membentuk kepribadian penuntut ilmu, memudahkan pemahaman, dan mendatangkan keberkahan atas apa yang dipelajari.

Di era modern seperti sekarang ini, ilmu bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Tapi sayangnya, banyak yang melupakan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Padahal, para ulama terdahulu seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, hingga Imam Ahmad bin Hanbal selalu mengajarkan murid-murid mereka untuk memperbaiki adab sebelum mengejar ilmu. Mereka bahkan menekankan bahwa adab lebih utama dari sekadar kecerdasan atau hafalan.

Adab Menuntut Ilmu dalam Islam Supaya Berkah
Foto: Website sekolahfinsa.com
Memahami Makna Adab dalam Menuntut Ilmu

Secara bahasa, “adab” berarti kesopanan, tata krama, atau etika. Dalam konteks Islam, adab adalah seluruh sikap lahir dan batin yang mencerminkan kehormatan, ketulusan, dan kesungguhan seorang hamba kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, guru, ilmu, dan sesama penuntut ilmu. Maka, adab menuntut ilmu adalah rangkaian perilaku terpuji yang mencerminkan hormat dan keikhlasan dalam proses menimba ilmu.

Adab ini mencakup sikap terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala (niat yang lurus), terhadap guru (menghormatinya dan menjaga etika), terhadap diri sendiri (disiplin, semangat, bersih hati), dan terhadap teman sekelas atau sesama murid. Tanpa adab yang benar, ilmu yang diperoleh bisa menjadi sia-sia, atau lebih parah lagi, malah membawa kesombongan dan kesesatan.

Baca Juga: Adab Berteman dalam Islam yang Perlu Dicontoh

A. Niat yang Lurus: Langkah Awal Menuntut Ilmu

Niat adalah awal dari segala sesuatu. Dalam menuntut ilmu, seorang Muslim hendaknya meluruskan niatnya semata-mata untuk mencari ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan demi kepentingan dunia semata seperti mencari pujian, jabatan, atau keuntungan materi.

Niat yang benar akan menjadikan setiap proses belajar bernilai ibadah. Bahkan, bila seseorang ikhlas menuntut ilmu untuk mengamalkannya dan menyebarkannya demi kebaikan umat, maka ia akan mendapat pahala yang terus mengalir walau telah wafat. Oleh sebab itu, adab menuntut ilmu yang pertama dan utama adalah membenahi niat.

Selain niat, seorang penuntut ilmu juga harus senantiasa berdoa agar dimudahkan dalam belajar dan dijauhkan dari kesombongan karena merasa paling tahu.

B. Menghormati Guru: Kunci Keberkahan Ilmu

Dalam tradisi Islam, guru memiliki posisi yang sangat mulia. Guru adalah perantara sampainya ilmu kepada murid. Dalam kisah para ulama, kita akan mendapati betapa mereka begitu menghormati gurunya.

Sikap hormat kepada guru termasuk bagian penting dari adab menuntut ilmu. Menjaga akhlak dalam berbicara, memperhatikan ketika guru menjelaskan, tidak menyela, serta tidak mendebat guru dengan kesombongan, semuanya adalah bentuk penghormatan yang mendatangkan berkah. Bahkan, tidak sedikit murid yang menjadi ulama besar karena barakah dari adab mereka terhadap guru.

Menghormati guru juga mencakup menjaga nama baik guru di luar kelas, tidak membicarakan aibnya, dan tetap mendoakan kebaikan baginya meski tidak lagi menjadi murid langsung.

C. Disiplin dan Semangat dalam Belajar

Adab lainnya adalah disiplin waktu dan menjaga semangat dalam belajar. Ilmu tidak bisa diperoleh dengan malas atau setengah hati. Seorang penuntut ilmu harus membiasakan diri untuk bangun pagi, mengulang pelajaran, membaca buku, serta memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Disiplin adalah wujud kesungguhan dan penghargaan terhadap ilmu itu sendiri. Selain itu, menjaga kebersihan, berpakaian sopan saat belajar, dan menjaga fokus juga termasuk dalam adab menuntut ilmu yang perlu diperhatikan.

Sikap ini tidak hanya menunjukkan kedewasaan spiritual dan intelektual, tetapi juga menjadi modal dalam kehidupan profesional maupun sosial.

Baca Juga: Adab Makan dan Minum dalam Islam yang Perlu Diketahui

D. Menjaga Hati dari Penyakit Ilmu

Salah satu ujian terbesar dalam menuntut ilmu adalah ketika seseorang merasa lebih pintar dan mulai meremehkan orang lain. Ini disebut sebagai “ujub” (bangga diri) dan “kibr” (sombong), yang sangat berbahaya.

Ilmu yang sejati justru melahirkan ketawadhuan. Semakin seseorang berilmu, semakin ia merasa kecil di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan semakin menghargai orang lain.

Para ulama terdahulu senantiasa mengajarkan bahwa ilmu harus dibarengi dengan akhlak yang mulia. Maka, adab menuntut ilmu juga mencakup menjaga hati dari penyakit-penyakit seperti hasad (iri), sum’ah (ingin dipuji), dan takabbur.

Seorang penuntut ilmu yang baik akan senantiasa memperbaiki diri, tidak mudah menyalahkan dan bersikap lapang dada terhadap perbedaan pendapat selama dalam batas syariat.

E. Berteman dengan Orang-Orang Saleh

Lingkungan sangat memengaruhi karakter seseorang. Dalam proses belajar, berteman dengan sesama pencari ilmu yang beradab dan shalih akan memperkuat semangat dan menjauhkan dari pengaruh negatif.

Mereka yang gemar berdiskusi tentang kebaikan, saling mengingatkan untuk shalat, serta mengajak pada kebenaran, akan menjadi sumber motivasi yang besar. Inilah mengapa adab menuntut ilmu juga mengajarkan pentingnya memilih teman belajar yang baik.

Belajar bersama orang-orang yang memiliki adab akan menjadikan proses belajar lebih nyaman, efektif dan bernilai ibadah.

Baca Juga: Cara Mendidik Anak Dalam Islam Sesuai Umur

F. Mengamalkan Ilmu yang Sudah Diperoleh

Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon tanpa buah. Ia mungkin tampak besar, namun tidak memberikan manfaat.

Artinya, ilmu yang kita miliki bisa menjadi penyelamat atau justru menjadi bumerang jika tidak diamalkan. Maka, adab menuntut ilmu yang sejati adalah dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang pelajar Muslim hendaknya mengamalkan apa yang ia pelajari: jika mempelajari akhlak, maka harus berakhlak baik; jika mempelajari wudhu dan shalat, maka harus memperbaiki ibadahnya; jika mempelajari Al-Qur’an, maka harus mencintainya dan membacanya secara rutin.

Sekolahkan Anak di Tempat yang Menjaga Ilmu dan Adab
SD Sunnah Jakarta Barat | Pembelajaran di Era Society 5.0
Foto: Website sekolahfinsa.com

Menanamkan adab menuntut ilmu sejak dini adalah kunci agar anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga luhur akhlaknya. Pendidikan yang hanya mengejar nilai tanpa memerhatikan adab akan menghasilkan generasi yang mungkin pintar, tapi miskin karakter.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memilih lembaga pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam sejak usia dini. Sekolah yang tidak hanya fokus pada kurikulum umum, tetapi juga memperhatikan pembentukan karakter Islami dan adab kepada guru, orang tua, serta sesama.

Salah satu sekolah yang merepresentasikan nilai-nilai tersebut adalah Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa (FINSA). Sekolah ini hadir dengan pendekatan pendidikan Islami yang seimbang antara ilmu pengetahuan umum dan agama. FINSA membuka pendaftaran untuk jenjang Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT), hingga Sekolah Dasar.

Di FINSA, anak-anak dibimbing oleh guru-guru berpengalaman dan berakhlak mulia. Kurikulumnya dirancang untuk membentuk pribadi Muslim yang berilmu, beradab, dan bertakwa. Tak hanya itu, suasana belajar yang kondusif dan penuh kasih sayang membuat anak betah dan nyaman menuntut ilmu.

Yuk, sekolahkan putra-putri anda di Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa (FINSA), tempat di mana adab dan ilmu tumbuh bersama! Mari kita siapkan generasi Rabbani yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter, sopan dan penuh semangat dalam menuntut ilmu dengan adab yang benar.

Baca Juga: 6 Adab Kepada Orang Tua Menurut Islam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *