Sunnah dari Haji yang Sayang untuk Dilewatkan

Sunnah Dari Haji – Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang memiliki nilai spiritual dan sosial yang sangat tinggi. Bagi umat Islam, berhaji ke Baitullah merupakan impian besar yang penuh perjuangan. Selain rukun dan wajib haji, ada pula sunnah dari haji yang sebaiknya diamalkan agar ibadah semakin sempurna dan bernilai di sisi Allah SWT.

Sunnah berarti perbuatan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan apabila dikerjakan mendapat pahala, namun jika ditinggalkan tidak berdosa. Dalam pelaksanaan haji, terdapat beberapa sunnah yang sering dilakukan Nabi Muhammad SAW dan dianjurkan untuk diikuti oleh para jamaah haji.

Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa sunnah penting seperti Haji Ifrad, membaca talbiyah, tawaf qudum, mabit di Muzdalifah, salat sunnah tawaf, mabit di Mina, dan tawaf wada’.

Mari kita telusuri satu per satu sunnah tersebut agar ibadah haji yang kita laksanakan lebih bermakna dan mendekati kesempurnaan seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Sunnah dari Haji yang Sayang untuk Dilewatkan
                                                                                                             Foto: omrfrkars / unsplash.com

1. Haji Ifrad

Sunnah dari haji yang pertama adalah niat haji dengan cara Ifrad. Dalam metode ini, seorang jamaah hanya melaksanakan ibadah haji tanpa disertai umrah. Haji Ifrad merupakan cara berhaji yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dan karena itulah dianggap sunnah untuk diikuti. Meskipun Haji Tamattu’ dan Qiran juga sah, namun memilih Ifrad sebagai bentuk kesederhanaan dan keteladanan Rasulullah adalah keutamaan tersendiri.

Haji Ifrad dilakukan dengan berihram hanya untuk haji dari miqat, dan tidak melepas ihram sampai tahallul pada 10 Dzulhijjah. Dalam pelaksanaannya, jamaah yang memilih Ifrad tidak diwajibkan membayar dam (denda), berbeda dengan Tamattu’ dan Qiran.

Memilih sunnah ini menunjukkan kecintaan pada cara Rasulullah melaksanakan ibadah. Selain itu, jamaah bisa lebih fokus pada rangkaian haji tanpa terbebani rangkaian umrah sebelumnya. Ini sangat membantu terutama bagi jamaah lanjut usia atau yang memiliki keterbatasan fisik.

Sungguh, melaksanakan sunnah dari haji seperti Ifrad adalah wujud keteladanan kepada Rasulullah SAW dan mencerminkan sikap kehambaan yang tunduk pada petunjuk syariat.

Baca Juga: Bagaimana Cara Membiasakan Perilaku Hemat? Ini Tipsnya!

2. Talbiyah

Setelah berihram, salah satu sunnah dari haji yang sangat ditekankan adalah membaca talbiyah. Talbiyah adalah lafaz yang menunjukkan kepasrahan dan pengakuan sebagai hamba yang datang memenuhi panggilan Allah SWT:

“Labbaik Allahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syarika lak.”

Talbiyah dibaca sejak ihram hingga mulai melontar jumrah aqabah pada hari Nahr. Sunnahnya adalah memperbanyak bacaan talbiyah dengan suara keras (bagi laki-laki) dan suara lembut (bagi perempuan), sebagai bentuk syiar Islam.

Talbiyah bukan hanya lafaz biasa, melainkan bentuk zikir dan deklarasi tauhid yang sangat kuat. Membacanya dengan penuh kesungguhan akan menumbuhkan rasa rendah hati, haru, dan semangat untuk menyempurnakan ibadah haji. Itulah keistimewaan sunnah dari haji yang satu ini, yang membentuk jiwa sebelum fisik bergerak.

Melatih anak untuk mengenal kalimat talbiyah dan maknanya juga bisa dilakukan sejak kecil melalui pendidikan berbasis karakter dan spiritual. Karena membiasakan hati yang bertauhid adalah bekal utama dalam menapaki kehidupan.

3. Tawaf Qudum

Sesampainya di Masjidil Haram, jamaah haji disunnahkan untuk melakukan tawaf qudum. Ini merupakan sunnah dari haji yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan sambutan pertama ketika tiba di Baitullah. Tawaf ini hanya berlaku bagi jamaah haji Ifrad dan Qiran.

Tawaf qudum dilakukan sebanyak tujuh putaran mengelilingi Ka’bah, dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di tempat yang sama. Pada saat tawaf qudum, disunnahkan juga untuk berjalan cepat (raml) pada tiga putaran pertama dan menyentuh atau mengisyaratkan tangan ke Hajar Aswad.

Sunnah ini menjadi simbol semangat, kecintaan, dan penghormatan terhadap rumah Allah. Dalam pelaksanaannya, jamaah merasakan getaran hati yang mendalam ketika berdekatan langsung dengan Ka’bah untuk pertama kalinya. Inilah salah satu momen yang paling emosional dalam perjalanan haji.

Melakukan sunnah dari haji ini bukan hanya bernilai pahala, tetapi juga menjadi bagian dari pengalaman spiritual yang memperkuat iman dan rasa syukur. Pengalaman ini kelak menjadi kenangan abadi yang membekas dalam hati setiap muslim.

Baca Juga: Riya Dalam Ibadah – Contoh, Bahaya & Cara Menghindarinya

4. Mabit di Muzdalifah

Setelah wukuf di Arafah, jamaah bergerak menuju Muzdalifah dan disunnahkan untuk bermalam di sana. Sunnah dari haji ini dikenal sebagai mabit di Muzdalifah, yaitu menginap dari setelah tengah malam hingga sebelum subuh.

Tujuan dari mabit ini adalah untuk mengumpulkan kekuatan sebelum melanjutkan ritual melempar jumrah keesokan harinya. Di Muzdalifah juga disunnahkan untuk mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melontar jumrah.

Meski tampak sederhana, mabit di Muzdalifah mengandung pelajaran tentang kesederhanaan, tawakal, dan kebersamaan. Para jamaah tidur di alam terbuka tanpa kemewahan, hanya berselimut langit malam yang penuh bintang.

Dalam suasana hening tersebut, jamaah dapat memperbanyak doa, istighfar, dan tafakur. Menghidupkan sunnah dari haji ini akan mendidik jiwa untuk lebih sabar dan bertawakal dalam menghadapi setiap ujian hidup.

5. Salat Sunnah Tawaf

Setiap kali melakukan tawaf, baik tawaf qudum, ifadah, maupun wada’, disunnahkan untuk melaksanakan salat sunnah tawaf dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Ini merupakan sunnah dari haji yang penting sebagai bentuk penyempurnaan ibadah thawaf.

Rasulullah SAW sendiri melaksanakan salat ini dengan khusyuk, biasanya membaca surah Al-Kafirun di rakaat pertama dan Al-Ikhlas di rakaat kedua. Salat sunnah ini menunjukkan bahwa setelah aktivitas fisik beribadah, seorang hamba kembali menyambung hubungannya dengan Allah dalam sujud dan rukuk.

Selain itu, tempat di belakang Maqam Ibrahim memiliki keutamaan tersendiri. Salat di sana diyakini penuh berkah karena langsung berada di dekat jejak Nabi Ibrahim AS.

Menghidupkan sunnah dari haji seperti ini menjadikan ibadah kita lebih lengkap dan mendalam. Tak hanya melatih tubuh, tetapi juga melembutkan hati dalam kekhusyukan kepada Allah.

6. Mabit di Mina

Setelah hari Nahr (10 Dzulhijjah), jamaah kembali ke Mina untuk melaksanakan mabit selama hari-hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Sunnah dari haji ini dilakukan dengan menginap di Mina dan melontar tiga jumrah setiap harinya.

Mabit di Mina mengajarkan tentang kedisiplinan, kesabaran, dan keteguhan iman. Setiap malam diisi dengan zikir, doa, dan kebersamaan sesama jamaah. Momen ini sangat tepat untuk memperbanyak amalan sunnah dan refleksi diri.

Dalam suasana Mina, kita diingatkan tentang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, serta bagaimana mereka menunjukkan ketundukan yang luar biasa kepada perintah Allah. Melalui sunnah mabit ini, kita pun belajar untuk lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan.

Mengamalkan sunnah dari haji seperti ini memperkuat kesadaran akan makna spiritual ibadah haji. Ia tak hanya ritual fisik, melainkan latihan ruhani yang membentuk karakter dan jiwa seorang muslim sejati.

Baca Juga: Apa Itu Baligh Dalam Islam – Tanda-tanda & Kewajibannya

7. Tawaf Wada’

Salah satu sunnah dari haji yang terakhir dilakukan sebelum meninggalkan Makkah adalah tawaf wada’, atau tawaf perpisahan. Ini adalah bentuk penghormatan terakhir kepada Baitullah, tanda perpisahan yang mengharukan bagi setiap jamaah.

Tawaf ini dilakukan sebanyak tujuh putaran tanpa sai dan tanpa tahallul. Jamaah dianjurkan untuk melakukannya dengan hati yang khusyuk, penuh syukur, dan berdoa agar dapat kembali lagi suatu hari nanti.

Meskipun tidak wajib bagi perempuan yang sedang haid, tawaf wada’ merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan karena Rasulullah juga melakukannya. Ia menjadi penutup manis dari rangkaian ibadah haji yang penuh makna.

Menghidupkan sunnah dari haji seperti ini adalah wujud kecintaan yang dalam terhadap rumah Allah. Ia meninggalkan bekas dalam hati dan menyemai harapan untuk kembali lagi dalam kondisi yang lebih baik.

Sekolah Sunnah untuk Anak: Mendidik Generasi dengan Karakter Nabawiyah

Setelah memahami berbagai sunnah dari haji, kita sadar bahwa Islam sangat memperhatikan pendidikan spiritual dan karakter. Ibadah haji mengajarkan kita banyak nilai: kesabaran, disiplin, tauhid, dan keteladanan. Maka sudah sepatutnya kita membekali anak-anak kita dengan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai serupa sejak dini.

Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa hadir sebagai sekolah sunnah yang menawarkan pendidikan berbasis karakter nabawiyah untuk tingkatan KB – TKIT – SDIT. Di sekolah ini, anak-anak tidak hanya belajar akademik, tapi juga adab, tauhid, dan cinta kepada sunnah Rasulullah SAW.

Dengan fasilitas unggulan, kegiatan rutin yang menyenangkan, serta tenaga pengajar yang mumpuni dan berakhlak islami, Fitrah Tunas Bangsa membimbing setiap anak tumbuh sesuai fitrahnya. Pendidikan di sini tidak sekadar teori, tapi juga pembiasaan, seperti doa harian, salat berjamaah, menghafal Al-Qur’an, hingga kegiatan sunnah seperti puasa Senin-Kamis.

Mari daftarkan putra-putri Anda di Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa, tempat terbaik untuk menumbuhkan generasi Qurani, berakhlak mulia dan cinta sunnah.

Baca Juga: Ini Dia Bedanya Rukun Haji & Wajib Haji

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *