Bahaya Bid’ah yang Harus Dijauhi & Cara Menghindarinya

Bahaya Bid’ah – Dalam ajaran Islam, menjaga kemurnian ibadah dan akidah merupakan kewajiban setiap Muslim. Salah satu ancaman terbesar terhadap kemurnian tersebut adalah bid’ah.

Secara bahasa, bid’ah berarti hal yang diada-adakan atau sesuatu yang baru. Sedangkan secara istilah, para ulama mendefinisikannya sebagai bentuk ibadah atau keyakinan yang diada-adakan dalam agama, padahal tidak memiliki landasan dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

Bid’ah bukan sekadar tambahan atau inovasi biasa, melainkan bentuk penyimpangan dari jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadits ini, kita memahami bahwa Islam adalah agama yang telah sempurna. Menambah atau mengubahnya dengan sesuatu yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam akan berpotensi merusak ajaran tersebut. Inilah yang menjadi bahaya bid’ah, mengaburkan batas antara kebenaran dan kesesatan.

Bahaya Bid'ah yang Harus Dijauhi dan Cara Menghindarinya
                                                                                               Ilustrasi Foto: mamewmy / freepik.com
A. Jenis-Jenis Bid’ah

Para ulama membagi bid’ah ke dalam beberapa jenis, agar umat lebih mudah mengenal dan mewaspadainya. Di antaranya:

  1. Bid’ah dalam ibadah, seperti menambah rakaat dalam shalat wajib, puasa di hari tertentu tanpa dasar syar’i, atau merayakan hari-hari tertentu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
  2. Bid’ah dalam akidah, seperti mempercayai adanya nabi setelah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam atau memahami sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan cara yang menyimpang dari pemahaman salaf.
  3. Bid’ah dalam muamalah, meskipun lebih fleksibel, namun jika muamalah tersebut dikaitkan dengan unsur ibadah atau keyakinan tanpa dasar, maka bisa menjadi bid’ah pula.

Bahaya bid’ah dalam ketiga bentuk ini sangat serius, karena bisa membuat pelakunya mengira sedang beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, padahal sejatinya ia sedang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW.

Baca Juga: Ujian Berat dalam Hidup – Hikmah & Cara Menghadapinya

B. Mengapa Bid’ah Lebih Berbahaya daripada Maksiat?

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa bid’ah hanyalah bentuk kecintaan kepada agama. Mereka beranggapan bahwa niat baik akan selalu dibalas dengan pahala. Padahal, dalam Islam, niat baik saja tidak cukup. Ibadah yang diterima Allah harus memenuhi dua syarat:

  1. Ikhlas karena Allah semata;
  2. Sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Ketika seseorang melakukan bid’ah, meskipun ia merasa tulus, tetapi jika tidak sesuai dengan sunnah nabi, maka ibadah itu tidak akan diterima. Inilah yang membuat bahaya bid’ah bahkan lebih besar dari maksiat biasa. Karena pelaku maksiat sadar bahwa yang dilakukannya salah, sehingga masih ada peluang untuk bertobat. Sedangkan pelaku bid’ah merasa benar dan sulit diajak kembali ke jalan yang lurus.

Bahaya bid’ah tidak hanya merusak pelaku, tapi juga dapat menyebar luas dalam masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun. Maka, penanggulangannya harus dilakukan sejak dini, terutama dengan memperkuat pendidikan agama yang berlandaskan pada sunnah.

C. Bahaya Bid’ah terhadap Generasi Muda

Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari bid’ah adalah pengaruhnya terhadap generasi muda. Ketika anak-anak dididik dengan kebiasaan yang menyimpang sejak kecil, mereka akan tumbuh dalam pemahaman yang salah. Apalagi jika lingkungan keluarga dan pendidikan formal juga mendukung praktik-praktik bid’ah tersebut.

Inilah mengapa bahaya bid’ah sangat krusial untuk disadari para orang tua dan pendidik. Pendidikan berbasis sunnah menjadi solusi utama untuk menjaga anak dari penyimpangan. Anak-anak perlu dikenalkan dengan akidah yang benar, ibadah yang sesuai tuntunan Nabi SAW, serta adab dan akhlak yang berasal dari teladan sahabat dan generasi terbaik umat ini.

Jika pendidikan anak tidak dipantau dan diarahkan pada jalan yang lurus, maka mereka akan mudah menyerap budaya bid’ah yang banyak menyebar di media sosial, sekolah umum, atau bahkan lingkungan sekitar. Maka dari itu, investasi terbaik bagi orang tua bukan hanya pada materi, tapi juga pada pendidikan karakter dan agama anak.

D. Contoh Bid’ah yang Sering Dianggap Biasa

Di masyarakat, terdapat banyak amalan yang sering dilakukan, namun sebenarnya termasuk kategori bid’ah. Beberapa di antaranya bahkan dilakukan secara berjamaah dan rutin, padahal tidak memiliki dasar dari sunnah. Contoh-contoh tersebut antara lain:

  • Peringatan Maulid Nabi dengan bentuk acara yang tidak sesuai syariat;
  • Doa-doa khusus yang dibaca setelah shalat dengan format tertentu tanpa dalil;
  • Shalat-shalat sunnah yang waktunya ditentukan sendiri, padahal tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW;
  • Zikir berjamaah dengan suara keras dan lafaz tertentu yang tidak diajarkan Rasulullah SAW.

Perlu ditekankan bahwa bahaya bid’ah ini bukan hanya dalam hal praktik, tetapi juga berdampak pada keyakinan seseorang. Ketika seseorang terbiasa dengan bid’ah, ia cenderung meremehkan pentingnya mengikuti sunnah. Bahkan bisa jadi, ia menganggap remeh larangan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam untuk memahami manhaj salaf dalam beragama. Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat, tabiin, dan ulama terdahulu, agar tidak terjerumus dalam amalan yang tidak diterima Allah SWT.

E. Mencegah Bid’ah Melalui Pendidikan yang Shahih

Solusi utama untuk membentengi umat dari bid’ah adalah dengan memberikan pendidikan yang shahih sejak dini. Sekolah-sekolah sunnah menjadi benteng pertahanan akidah yang kokoh ditengah arus pemikiran dan praktik menyimpang.

Disinilah pentingnya memilih lembaga pendidikan yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pondasi utama. Sekolah yang tidak hanya mengajarkan sains dan matematika, tetapi juga membentuk akidah anak agar kuat dalam memegang kebenaran.

Ketika seorang anak dididik dengan pemahaman Islam yang benar, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Ia juga akan menjadi pengingat bagi masyarakatnya, menjadi teladan dilingkungannya, dan menjadi penerus dakwah yang istiqamah di atas sunnah.

Bahaya bid’ah tidak bisa dihapus hanya dengan ceramah sesaat atau media sosial. Butuh proses panjang, dan salah satu langkah terpenting adalah melalui pendidikan Islam yang berkarakter nabawiyah.

Ajak Anak Anda Tumbuh dengan Fitrahnya di Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa

Sebagai penutup, jika anda peduli terhadap akidah anak dan masa depan generasi Islam, maka pilihan terbaik adalah menyekolahkan mereka di lembaga yang menjunjung tinggi nilai-nilai sunnah. Salah satu rekomendasi terbaik adalah Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa.

Sekolah ini membuka jenjang Kelompok Bermain (KB), TKIT, hingga SDIT, dengan kurikulum terpadu yang mengedepankan pembinaan karakter, akhlak, dan adab nabawiyah. Setiap kegiatan di sekolah dirancang untuk membantu anak mengenal Allah, mencintai Rasulullah SAW, serta menjauhi segala bentuk kesyirikan dan bid’ah.

Beberapa keunggulan Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa:

✅ Fasilitas lengkap dan nyaman untuk anak;
✅ Tenaga pendidik yang berpegang teguh pada manhaj salaf;
✅ Kegiatan rutin yang membina adab, hafalan Al-Qur’an, praktik ibadah sesuai sunnah;
✅ Pendekatan pengajaran sesuai dengan tahap perkembangan anak dan fitrahnya;
✅ Lingkungan yang mendukung tumbuh kembang karakter Islami.

Mari kita mulai perubahan dari rumah, dan pastikan anak-anak kita mendapatkan pendidikan yang lurus. Jauhkan mereka dari bahaya bid’ah dan dekatkan pada cahaya ilmu yang benar. Daftarkan putra-putri anda di Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa, dan jadikan mereka bagian dari generasi penjaga kemurnian Islam.

Baca Juga: Faktor yang Jadi Pemicu Bid’ah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *