Pembelajaran di Era Society 5.0 – Dunia saat ini sedang mengalami transformasi besar dengan hadirnya society 5.0, sebuah konsep masyarakat masa depan yang menggabungkan kecanggihan teknologi dengan kehidupan manusia secara harmonis.
Diera ini, teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), robotika, dan big data bukan hanya digunakan untuk meningkatkan efisiensi industri, tapi juga untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dunia pendidikan pun tidak luput dari dampaknya.
Pembelajaran di era society 5.0 menuntut adanya perubahan paradigma, dari metode konvensional menjadi pendekatan yang lebih adaptif, inovatif dan berpusat pada peserta didik. Dalam konteks ini, teknologi menjadi alat bantu, bukan pengganti peran guru. Guru justru diharapkan menjadi fasilitator yang mampu mengarahkan siswa dalam memanfaatkan teknologi secara bijak dan efektif.
Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran di era ini adalah ketimpangan akses teknologi. Tidak semua siswa memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai. Di sisi lain, kemampuan literasi digital guru dan siswa juga masih perlu ditingkatkan. Namun, jika diatasi dengan strategi yang tepat, teknologi dapat menjadi jembatan untuk pendidikan yang inklusif dan berkualitas.
Karakter Pembelajaran Abad 21 dalam Society 5.0
Pembelajaran di era society 5.0 sangat erat kaitannya dengan pembentukan karakter dan kompetensi abad 21. Siswa tidak cukup hanya menguasai materi pelajaran, tetapi juga harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas, serta literasi digital, data, dan teknologi.
Di sinilah pentingnya pendekatan pembelajaran yang aktif dan kontekstual. Proyek berbasis masalah (problem-based learning), pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Math), serta flipped classroom menjadi metode yang relevan. Dengan pendekatan ini, siswa terlibat langsung dalam proses pencarian informasi, pemecahan masalah, dan pembuatan produk kreatif.
Guru harus mampu berperan sebagai coach yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing, memotivasi, dan memberikan ruang untuk eksplorasi. Evaluasi pembelajaran juga harus berubah dari sekadar tes tertulis menjadi penilaian autentik yang mencerminkan kompetensi nyata siswa di kehidupan sehari-hari.
Dalam menghadapi era digital ini, penting juga untuk menguatkan nilai-nilai moral dan spiritual siswa. Kemajuan teknologi tanpa dibarengi dengan akhlak yang baik hanya akan menimbulkan krisis sosial. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menjadi inti dari pembelajaran di era society 5.0.
Baca Juga: Sekolah TK Islam Terpadu Jakarta Barat Ini Layak Dipilih!
Pentingnya Kolaborasi antara Orang Tua, Sekolah dan Teknologi
Agar pembelajaran di era society 5.0 berhasil, diperlukan sinergi antara berbagai pihak. Sekolah tidak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan dari orang tua dan pemerintah. Orang tua harus memahami peran mereka dalam mendampingi anak, terutama ketika pembelajaran dilakukan secara daring atau menggunakan media digital.
Sekolah juga perlu membangun lingkungan belajar yang kondusif, baik secara fisik maupun virtual. Pengembangan sistem pembelajaran berbasis teknologi harus dibarengi dengan pelatihan guru secara berkelanjutan. Tak kalah penting, kurikulum juga perlu disesuaikan agar lebih fleksibel dan responsif terhadap perkembangan zaman.
Teknologi bukanlah tujuan, melainkan sarana. Oleh karena itu, pendidikan digital harus diarahkan untuk memperkuat nalar kritis, empati sosial, dan kesadaran lingkungan siswa. Dengan dukungan teknologi, siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja, serta memiliki kesempatan untuk menggali potensi mereka secara lebih luas.
Untuk para orang tua yang sedang mencari sekolah yang mampu menggabungkan pendidikan karakter Islami dengan kurikulum modern berbasis teknologi, Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa adalah pilihan tepat. Sekolah ini menyediakan layanan pendidikan dari jenjang KB (Kelompok Bermain), TKIT (Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu), hingga SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). Dengan pendekatan pembelajaran tematik, spiritual, dan digital, sekolah ini siap membentuk generasi yang cerdas, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan society 5.0.
Integrasi Nilai-Nilai Islam dalam Pembelajaran Modern
Salah satu keunggulan dalam pembelajaran di era society 5.0 adalah fleksibilitas dalam mengintegrasikan berbagai nilai ke dalam proses belajar. Dalam konteks pendidikan Islam, nilai-nilai seperti tawakal, jujur, sabar, dan semangat menuntut ilmu bisa dikemas dalam aktivitas pembelajaran yang kontekstual dan menarik.
Misalnya, penggunaan media digital untuk menghafal Al-Qur’an, menonton video kisah nabi, atau simulasi interaktif tentang tata cara ibadah bisa menjadi metode yang efektif. Anak-anak akan lebih antusias belajar jika materi agama disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan tidak monoton.
Sekolah juga dapat memanfaatkan aplikasi pembelajaran Islami, platform e-learning berbasis syariah, hingga sistem pelaporan perkembangan anak yang transparan dan mudah diakses oleh orang tua. Semua ini mendukung pendidikan yang menyeluruh: jasmani, rohani, dan intelektual.
Dalam pembelajaran di era society 5.0, pendidikan Islam harus mampu menjadi benteng moral di tengah derasnya arus informasi global. Oleh karena itu, sekolah harus menciptakan keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan penanaman akhlak. Generasi Muslim yang kuat akan lahir dari sistem pendidikan yang memadukan dua hal tersebut secara harmonis.
Masa Depan Pendidikan: Kearifan Lokal dan Teknologi Global
Menghadapi masa depan, pembelajaran di era society 5.0 tidak boleh meninggalkan akar budaya dan kearifan lokal. Teknologi harus digunakan untuk memperkuat identitas nasional dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para pendahulu kita. Misalnya, kearifan gotong royong, sopan santun, dan cinta tanah air harus tetap menjadi ruh dalam setiap aktivitas belajar.
Sebagai contoh, siswa dapat membuat proyek dokumentasi budaya daerah dengan menggunakan video, membuat aplikasi permainan edukatif yang mengangkat tema sejarah Islam, atau membuat infografis tentang tokoh-tokoh Muslim Indonesia. Dengan begitu, teknologi tidak menjauhkan anak dari nilai-nilai, melainkan memperkuat pemahaman mereka tentang jati diri.
Kurikulum Merdeka yang saat ini diimplementasikan di banyak sekolah di Indonesia sebenarnya sangat mendukung pembelajaran di era society 5.0. Kurikulum ini memberi kebebasan kepada guru dan sekolah untuk berinovasi dalam menyampaikan materi sesuai dengan karakteristik siswa dan kebutuhan zaman.
Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa telah memanfaatkan peluang ini dengan mengembangkan kurikulum berbasis karakter Islami yang dipadukan dengan pendekatan digital dan tematik. Sekolah ini percaya bahwa pendidikan harus memanusiakan manusia, membimbingnya untuk menjadi khalifah yang bertanggung jawab di bumi, serta siap menghadapi tantangan global dengan bekal iman dan ilmu.
Mempersiapkan Generasi Unggul di Era Society 5.0
Perubahan zaman tidak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri dan anak-anak kita agar menjadi pribadi yang adaptif, kreatif, dan berakhlak. Pembelajaran di era society 5.0 adalah peluang besar untuk membentuk generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional.
Sebagai orang tua, memilih sekolah yang tepat menjadi langkah awal yang sangat menentukan. Jangan biarkan anak-anak kita menjadi korban dari perkembangan teknologi yang tidak diarahkan. Sebaliknya, jadikan mereka sebagai pelaku utama perubahan yang membawa kebaikan bagi umat dan bangsa.
Untuk itu, Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa hadir sebagai solusi pendidikan yang menyeluruh. Dengan pengajaran Islami yang kuat, pendekatan pembelajaran kreatif, serta fasilitas yang mendukung pembelajaran digital, sekolah ini berkomitmen mencetak generasi yang siap menyongsong society 5.0 dengan penuh percaya diri dan semangat juang.
Segera daftarkan anak Anda di jenjang KB, TKIT, dan SDIT Sekolah Islam Fitrah Tunas Bangsa. Jadikan masa depan mereka lebih cerah, terarah dan penuh berkah.
Baca Juga: Sejarah Kurikulum di Indonesia, Dari 1947 hingga Kurikulum Merdeka.