Apa Itu Ghuluw – Dalam kehidupan beragama, keseimbangan merupakan prinsip penting yang sering ditekankan dalam ajaran Islam. Namun, dalam praktiknya, sebagian umat bisa terjebak dalam sikap berlebihan atau ekstrem yang tidak sesuai dengan semangat ajaran Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Salah satu istilah yang menggambarkan sikap ini adalah ghuluw. Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang apa itu ghuluw, akar katanya, bagaimana ia tercela dalam Islam, serta dampaknya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

A. Pengertian dan Asal Kata Ghuluw
Secara bahasa, ghuluw berasal dari bahasa Arab “ghala” yang berarti melampaui batas atau melebihi kadar yang semestinya. Dalam konteks agama Islam, ghuluw mengacu pada sikap berlebihan dalam beragama, baik dalam keyakinan, ibadah, maupun perilaku.
Contoh sederhana dari ghuluw adalah ketika seseorang begitu ketat dalam menjalankan ibadah hingga mengabaikan keringanan (rukhsah) yang diberikan Allah Subhanahu Wa ta’ala. Misalnya, seseorang yang memaksakan diri untuk berpuasa setiap hari tanpa memperhatikan kondisi fisiknya, atau terus menerus shalat malam tanpa memperhatikan hak tubuh dan keluarganya.
Rasulullah SAW sendiri memperingatkan bahaya sikap ghuluw.
Artinya: “Wahai manusia, jauhilah berlebih-lebihan dalam agama karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah berlebih-lebihan dalam agama.” (HR Ibnu Majah)
Dari hadis ini, kita bisa melihat bahwa ghuluw bukan hanya tidak dianjurkan, tetapi juga menjadi sebab kebinasaan umat-umat terdahulu. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim memahami apa itu ghuluw dan bagaimana menjauhinya.
B. Bentuk-Bentuk Ghuluw dalam Kehidupan
Sikap ghuluw bisa muncul dalam berbagai bentuk dan konteks. Berikut adalah beberapa contoh nyata yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari:
- Ghuluw dalam Akidah
Salah satu bentuk ghuluw yang paling berbahaya adalah ghuluw dalam akidah, yaitu meyakini sesuatu secara berlebihan terhadap tokoh agama atau ulama. Contohnya adalah ketika seseorang menganggap bahwa gurunya atau seorang ulama memiliki kekuatan ilahiyah, dapat mengetahui hal gaib, atau pasti masuk surga tanpa ada dalil syar’i. - Ghuluw dalam Ibadah
Bentuk lain adalah berlebihan dalam ibadah. Misalnya, tidak mengambil rukhsah ketika safar (musafir), terlalu memaksakan diri dalam ibadah malam, atau berpuasa terus-menerus tanpa henti. Padahal Islam adalah agama yang memudahkan, bukan mempersulit. - Ghuluw dalam Menghakimi
Ketika seseorang mudah mengkafirkan atau membid’ahkan orang lain tanpa dasar ilmu yang kuat, itu juga bentuk ghuluw. Sikap semacam ini sering muncul dari ketidakseimbangan antara semangat keagamaan dan pemahaman yang mendalam.
Memahami apa itu ghuluw dapat membantu kita menghindari sikap semacam ini, karena sikap ekstrem seperti itu bisa memicu perpecahan di tengah umat Islam.
Baca Juga: Begini 7 Cara Mendidik Anak Usia Dini Secara Islami
C. Dampak Negatif dari Ghuluw
Sikap ghuluw tidak hanya merusak secara pribadi, tetapi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan umat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak buruk dari ghuluw:
- Menimbulkan Fanatisme Berlebihan
Fanatisme dalam kelompok tertentu bisa tumbuh karena ghuluw. Hal ini sering kali membuat seseorang menutup diri dari kebenaran lain dan menolak pendapat yang berbeda meskipun didukung oleh dalil yang kuat. - Merusak Citra Islam
Ketika umat Islam bersikap ekstrem, hal ini akan menciptakan citra buruk terhadap Islam di mata orang luar. Padahal Islam adalah agama kasih sayang, keseimbangan, dan kedamaian. - Memecah Belah Umat
Salah satu dampak paling nyata dari ghuluw adalah munculnya perpecahan. Perbedaan dalam memahami ajaran Islam seharusnya bisa dikelola dengan sikap saling menghargai, bukan dengan saling menyalahkan atau menyesatkan.
Oleh karena itu, penting sekali untuk terus mengingat apa itu ghuluw agar kita bisa terhindar dari kerusakan baik di dunia maupun di akhirat.
D. Contoh Sikap Seimbang dalam Beragama
Sikap seimbang atau wasathiyah adalah kebalikan dari ghuluw. Rasulullah SAW telah memberikan teladan terbaik dalam hal ini. Beliau menjalankan agama dengan penuh kasih sayang, tidak memberatkan umat, dan memberikan contoh moderasi dalam ibadah.
Beberapa contoh sikap seimbang dalam beragama antara lain:
- Mengambil rukhsah ketika dalam kondisi tertentu, seperti safar atau sakit.
- Tidak berlebihan dalam bersedekah hingga menyusahkan diri sendiri.
- Menjaga keseimbangan antara hak Allah, hak diri sendiri, dan hak keluarga.
E. Cara Menghindari Ghuluw
Agar kita tidak terjerumus dalam sikap ghuluw, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Belajar Agama dari Sumber yang Shahih
Belajar dari Al-Qur’an, hadis yang sahih, dan penjelasan ulama yang kredibel akan membantu kita memahami ajaran Islam secara seimbang. - Bertanya Ketika Ragu
Jika menemukan perbedaan pandangan atau hal yang belum dipahami, bertanyalah kepada ustaz atau ulama. Jangan mengambil kesimpulan sendiri tanpa dasar ilmu. - Menghindari Fanatisme Golongan
Bersikap terbuka terhadap perbedaan pendapat dalam masalah furu’iyah (cabang) adalah kunci agar tidak mudah terjebak dalam sikap ekstrem. - Mengikuti Sunnah Nabi Secara Utuh
Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik. Mencontoh beliau dalam menjalani agama akan menjauhkan kita dari sikap berlebihan.
Dengan memahami secara menyeluruh apa itu ghuluw, seorang Muslim bisa lebih berhati-hati dalam beragama dan menjaga agar dirinya tetap berada di jalan yang lurus.
Ghuluw adalah sikap berlebihan atau melampaui batas dalam menjalankan agama, baik dalam hal ibadah, akidah, maupun sikap sosial. Islam sangat menekankan keseimbangan dalam segala hal dan Rasulullah SAW telah memberikan peringatan tegas terhadap bahaya sikap ghuluw.
Dengan memahami apa itu ghuluw, kita bisa menilai diri sendiri dan menghindari praktik-praktik beragama yang tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Islam adalah agama yang membawa rahmat dan kemudahan, bukan agama yang mempersulit dan menyulitkan.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita agar tetap berada di jalan yang lurus, menjauhi sikap ghuluw, dan menjadikan kita umat yang wasath (moderat), sebagaimana yang Allah kehendaki. Aamiin.
Baca Juga: Cara Menghindari Sifat Sum’ah & Riya’ beserta Dalilnya